Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About


Ah sudahlah...
kawan
biar masih tersimpan
kiriman istimewa
berangka-angka khusus
dipenuhi rumusan-rumusan hitung

Ada yang lebih utama
dari sekedar
disilaukan keadaan jauh
lalu ikut-ikutan tanpa arah
menjauhi orbit
galau jalan kembali

tempat kita
tujuan bersama
bukan keingkaran
seperti yang engkau katakan
mudah dan suka kubaca
dengan atau tanpa teman-teman.



Tak ada maksud
Diri ini
Menutupi kebenaran
Sebagaimana
Engkau berharap

Saat kita pertama
Berjumpa
Dan kau ingin
Meminta juga
Cerita bayangan
Ia telah berlalu

Dalam bayang-bayang
Dimensi seberang
Namun dekat menyentuh


Bukan Negeri-Negeri Hamba?
Menamakan bibirmu
Seindah kau buat berpelat
Keping terbaik berkadar dua puluh empat
Kau banggakan dengan busungan kemenangan
Pahatan para cantrik negeri
Dilumuri keringat dan tangisan
Saat menggoreskan indahnya ornamen
Menghidupkan pantulan cahya rembulan
Jangan menjadi bagian yang dimarginalkan
Kita penguasa patahan surga ini
Kita telah berlabirin tangisan sejarah
Kita tidak dibutakan oleh tangisan moyang
Yang menghamba di surganya menuang urat-uratnya
Pada dinding-dinding batu untuk kita mengerti
Betapa cinta kita akan bermakna kala membumi di tanah ini
Kita tidak akan ditulikan oleh jerit tangisnya mereka
Yang harus terikat menyaksikan panjangnya penindasan
Dan adu domba yang menyakitkan kehilangan keluarga
Dan aneka paksa penindasan serta pembodohan generasi
Laksana membiarkan darah daging lumat bagai terasi di depan mata.
Ini tak akan terulang.
Ini sudah cukup untuk dimengerti.
Dingin telah dibisikkan gendang menjalar hingga rambut ini bergetar.
Udara ini telah kau hirup berangsur luruh melebur dalam setiap embunan
berwarna merah mengalir dalam tubuh-tubuh yang hening hati mengeja
setiap keraguan itu menjadi nafas yang menggelora dan muncul pada getar suaramu
yang akan diarangkan oleh pesona jiwa-jiwa leluhur para pembangun negeri tercinta ini,
anugerah sang penguasa bagi kita, patahan surga yang terkadang tidak kita sadari untuk betap berarti,
untuk disadari hingga mengerti, mengalirnya hidup sejarah tak pernah mampu diputus oleh paran perompak negeri.
pada cinta bisu dan melantang demi cinta agar ada rasa bangga yang hidup sejak dahulu telah awal kumandang akan
kecintaan pada nama luasnya negeri berpulau-pulau nan kaya penuh pesona dan bernama dan berlambang dibanggakan para pewarisnya ini .....


Jika harus mulut komat-kamit hingga larut malam
Mengejakan seluruh  mantra mulai dari yang awal
Tak akan jadi masalah lagi untuk piñta dan harapmu
Malam masih setia jadi teman tanpa ada lagi keluhan
Suara mulut tak harus sekeras ledakan bambu
Saat remaja desa menjadikannya mainan
Yang tak jarang suara kerasnya mengagetkan


Bulan kedua,, Cilacap sudah Jauh kita tinggalkan
Kita bahkan sudah nyaris lupa hangatnya
Udara tropis tempat kita lahir dan tumbuh
Tempat kita membesar dan mengakar lebar
Sebagian orang bicara dengan sebutan mahir
Beku senyum kulihat menatàp serasa payau
Kekosongan  ruang pada masa lalu membintik
Tanda kecil diantara pandangan matamu kuangkat tinggi
Kupulas ia menjadi pelangi langit bersisi teman
Kuterbangkan bersama lecut kilat malam itu
Agar ia berbalik pada sang empunya kisah malam.

Mengarungi gelombang besar samudra luas
Hingga mata cinta menyeberang jauh
Bukan dari keaslian cara in harus berpisah
Gelap malam beratap langit laju tak henti
Pekik pepohonan kiri dan kanan sepanjang Dan jauhnya pandang
Lebat perkebunan yang harus dilewati telah melelahkan langkah kaki
Yang usai tanda rendah malam diujung langit
Pertemuan garis bintang tanpa bertitik
Jari merunut putaran hingga sudut pandang
Kala panggilan cinta tergambar sebagai bintang kecil
Seperti ingin ada indahnya pagi yang akan datang.....

Jika engkau dan aku setuju
memberi nama sebuah kebebasan
dengan kebebasan yang indah
kebebasan yang menyenangkan
yang memerdekakan rasa hati
yang meringankan beban hidup
mengubah jadi tenaga utama
terus bekerja memberi faedah
dan juga bahagianya sesama
hingga mereka juga nantinya
bisa berkata bersama-sama
alangkah indah bahagianya kita.



Ketika pernah suatu waktu
Sebenarnya ingin sekali
Kukatakan kepadamu

Sesaat usai meneguk segelas
Minuman kesukaanmu itu

Namun urung kukatakan
Seketika teringat tentang pesan
Bahwa cinta harus merdeka

Pesan akan arti sebuah pilihan
Manis atau pahit tetap punya tempatnya.

Lalu kue manis menyelangi keadaan
Kita mencoba dan benar adanya
Bahwa makanan juga mengenyangkan
Dan mengenangkan, ingat akan cinta
Yang pasti bisa ditumbuhkàn bersama.





Tengah malam
Mimpi membuatku terjaga
Sesaat lalu tertidur lagi
Engkau ternyata rela
Yang datang bertandang
Dengan kuda yang kau tunggang
Terimakasih ada
Tanpa terduga menghampiri
Memastikan adanya sapa mengerti
Cinta yang terjaga
Kau tinggalkan denah tua
Tempat kepak ruang dimana
Hitunganmu memandang tempat jauh
Pedang yang tetap kau sarungkan
Telah melegakan bahwa datangmu
Hanya membawa kabar
Dan cinta tetap terjaga.
Tatapan bahagia kau tampakkan
Seperti kemurungan telah kau buang
Jauh hingga tidak lagi tampak oleh mata.

mengertikah engkau kini?
tentang semua yang kita cari
yang lama engkau perjuangkan
tersesatkah kita pada sebuah kata serupa
yang telah dinamai orang sebagai nikmat?

Agak tidur
Rada bangun
Belum tegak.




Telah tampak
cerita tentang apa adanya
Dirimu sebagai yang dulu
Juga dirimu yang sekarang

Juga di dalamnya
Mengandung kehausan
Tanya yang sangat dalam
Belum ada kata yang kau pilih
Untuk mengatakan itu semua.

"Kaca Depan"

Tidak untuk mencari-cari alasan
Untuk melihatmu atau tanpa tujuan
Karena dinamika kita harus terima
Menjadid berjarak karena keadaan
Selama perjalanan panjang
Mengertikah engkau terus kulihat depan
Sayang jika harus berkedip menerawang
Menembus kaca agar kau terlihat
Di depan itu tidakkah menyesakkan
Kabin penuh tanda dekat kemudi
Telah lama berdamping menjadi teman
Turut menantikan yang pernah ada
Nampak tersenyum dibalik seberang kaca
Pernah pula di sana
Bersuasana indahnya ssekitar
Kubiarkan hembusan luar menerpa
Nyata beda terpaan alam
Berandai engkau berlalu saat itu
Lalu sejenak menghentikan
Untuk menjadikan sebuah perjumpaan
Jauh dai keadaan yang terbatas jarak
Oleh kaca-kaca penutup saat berkendara
Agar sapa utuh mendaratkan rasa hingga merapat.


Merinding menjadi pengalaman
Kisah mengenang perjalanan
Usai lorong gelap yang kita lewati
Hanya karena bayang sesaat
Yang datang lalu menghilang