Popular Posts
-
Yang ...harapan tetap ada Kelak engkau datang lagi Sebagaimana Engkau adanya Karena Engkau yang paling diminati Salah tidak untuk dicari ...
-
Bersenang-senang dipinggir laut Bahan yang disuka oleh banyak orang selfi dalam banyak pose juga bersama dengan pasir mainan juga berlat...
-
Asal kamu tahu, bahwa semua yang terangkai dalam maksud hati ini tiada lain menangkap ketidakpastian yang melayang-layang sepanjang fajar m...
-
Aku manusia biasa Jangan sembarangan jika engkau akan menceburkan kedalam samudra luas.... Dengan kedalaman dan ombak dasyat Aku bukan manu...
-
Telah kupahami maksudnya Ia ingin memanjakanku Disiapkan rupa macam Perabot berkelas highest..... Speak istimewa Sofa bagian tengah El...
-
betul sekali menemukan maunya ternyata beda banget dengan yang langsung sudah siap di atas meja kental hingga mengkristalnya tetesan k...
-
Tidak bermaksud mengingkari Apalagi mengakui keseluruhan Sebagai milik sendiri... Memang itu darinya Terdengar mudah, sebagian masih suli...
-
Monolog Fiktif Seekor Babi di Pantai Di tengah pesona pantai yang sepi, seekor babi berdiri sambil menatap lautan yang berkilauan, pikiran...
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
About
Dalam usaha yang sangat cerdik
Ia lincah mengecilkankan bentuk
Kusuka caranya membentuk
Dengan sangat mudah dan cepat
Tahu nggak tujuannya?
Aku menggelengkan kepala saja
Sambil mbantunya menyusun
Ditempat lain yang disiapkan....
Lalu ia mengangkat yang besar
Kemudian ia bertanya lagi
"You nggak habis kan ukuran ini?"
"Ha ha ha, head nggak lah sebesar itu!"
Ia terus lincah memotong dan memotong sambil mengangguk - angguk mengiyakan ukuran yang ditunjukkan.
"Dengan lumuran bumbu sejumlah ini dan terbatas waktu kita memasak, maka tidak akan ia matang hingga meresap dan enaknya pasti beda , karena tidak sampai dalam"
Api panggangan itu memanggil-manggil
Baranya telah semakin tampak memerah
Tinggal menaiikkan ini semua sesaat lagi....
"Ada yang kurang!"
Ia mengajakku berlari keluar.
Tidak lebih dari seratus meter Kami sudah tiba do bawah pohon rindang.
"Itu dia "
Lalu aku memunguti buah-buah yang sudah terjatuh itu. Keranjang kecil yang dibawanya sudah terisi setengah lebih.
"Cukup" kita pulang.
Merasa penasaran aku bertanya kenapa tidak ambil yang masih berbentuk bagus yang berada di pohon.
"Ini buah asam, yang akan kita gunakan untuk bumbu masakan kita, juga nanti kita bisa buat minuman.yang ini sudah sangat baik dan lebih baik daripada yang masih di pohon itu."
Lalu kuikuti saja ia yang bergegas kembali me dapur. Sambil melangkahkan kaki mengikutinya terpikir olehku betapa luarbiasanya alam yang sudah memberi kemudahan, bahkan memilihkan yang terbaik. Hal yang baru aku sadari saat mulai belajar memasak dengannya.
Kekurangan yang dapat dilengkapi dengan melangkahkan kaki sedikit menambahkan bumbu yang ternyata walau cuma satu tambahan tetap memberi ilmu tambahan yang bermakna.
Yang enak bikin nambah
Bikin lagi sudah lumrah
Yang enak disukai
Yang tidak dijauhi
Bahkan dihindari
Terkadang juga dibuang
Itukan umum bukan formula
Rahasia resep dimana ada
Orang di sana suka memberi
Macam cara untuk siapa.....
Mengulang yang enak
Mencipta yang sedap
Menyantap yang lezat
Dan siapalah mendekat
Kecap bersama semua yang nikmat.
Jangan puma takut kehabisan
Bikin lagi kita bersama-sana.
Saat mereka bilang
"Pas banget...!"
Tak diragukan tambahan lain
"Mantap bro....!"
Ini luar biasa membuatnya
Meluncurkan macam sebut...
Tanpa terhitung...
"Gila abis....!
"Mantul sana sini....!
Hingga sulit ditulis...
Menjadi sebuah kata
Intinya...
Kira - kira seperti ingin teriak
Jangan dirantai
Apalagi dipasung gila yang ini....
Kuah yang hangat
Mengalir sudah melewati
Lidah hingga ke lambungnya
Seteguk teh hangat yang wangi
Menyusul sesaat lirik matanya tertuju
Pada puding yang masih menggiurkannya
Oh iya...
Senyumnya lalu ditebar
Pada penghuni dan teman paginya
Pagi yang baik ......
tulus atau basa basi tak begitu dipentingkan
Lontarannya memastikan yang lain
merasakan hal yang sama
emang harus sama....
sok tahu.......
ada yang ingin berceletuk.....
Bilakah memunculkan nuansa iri atau semacam kemburuan dalam kata penyanggahannya akan realita yang berlansung;
Cukupkah apa yang dicari seputar kesalahan atau kekurangan agar pihak lain ditempatkan pada bagian yang salah tanpa sedikit pun penyeimbang...
Dalam posisi terus mengawasi atau yang berkata sebatas kebetulan juga menunjukkan kadar itu,
Pancaindra miliknya seolah hanya diperuntukkan mendapatkan kecocokan pengumpul lawan, atau kutub dengan pasangan berlawanan, walau magnit tidak demikian karenanya; sebaliknya saling mengikat dan menarik.