Popular Posts
-
Yang ...harapan tetap ada Kelak engkau datang lagi Sebagaimana Engkau adanya Karena Engkau yang paling diminati Salah tidak untuk dicari ...
-
Aku manusia biasa Jangan sembarangan jika engkau akan menceburkan kedalam samudra luas.... Dengan kedalaman dan ombak dasyat Aku bukan manu...
-
Bersenang-senang dipinggir laut Bahan yang disuka oleh banyak orang selfi dalam banyak pose juga bersama dengan pasir mainan juga berlat...
-
Mengapa ia berada di sana Lihat ia! Berdiam diantaranya... Nanti atau kapan ia akan beranjak Dari tempat itu menuju suatu tempat terbaiknya...
-
Asal kamu tahu, bahwa semua yang terangkai dalam maksud hati ini tiada lain menangkap ketidakpastian yang melayang-layang sepanjang fajar m...
-
betul sekali menemukan maunya ternyata beda banget dengan yang langsung sudah siap di atas meja kental hingga mengkristalnya tetesan k...
-
Tidak menarik sore itu Dibubuhkan sebuah nama Yang mengarti pada kegagalan Apalagi kegagalan total perburuan Total ditempuh dengan menge...
-
Telah kupahami maksudnya Ia ingin memanjakanku Disiapkan rupa macam Perabot berkelas highest..... Speak istimewa Sofa bagian tengah El...
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
-
▼
2021
(154)
-
▼
October
(39)
- bahan bakar
- pasangan
- Judulnya
- Trus Ganti
- Alas Halus
- Memilih Alas
- Tempat tidur rotan
- Tempat tidur empuk
- Roll Transitions Pack
- Bella Ciao || La Casa De Papel || cover
- Tempat tidur bambu
- tempat tidur besi
- tidur
- bikin enak
- Alas Sintetis
- Episode
- sebagaimana ia
- instan tinopel
- akan berisi
- EMpuk
- Seperti Perangkap
- Dipilihkan....
- Melongok
- Parodikah itu?
- ARA U POS NALAr
- Total
- Mencuci
- Kepiting
- Neuralink, Ambisi Melahirkan Manusia Super dengan ...
- Polina prepares pancakes for breakfast
- Don't worry U nek Ora Komanan
- Terjalin
- tertegun
- Itu Jauh Guys
- Tertimbun
- Ikan Kecil
- Potong Potong
- Bumbu
- Bikin Lagi
-
▼
October
(39)
Tidak ada beda?
Siapa kata?
Peraduan yang sunyi....
Sejuk udara
Sangat kurasa
Kulenturkan tubuh saat terbangun
Seperti gerak para yogis
Melakukan lembut...
Sentuhan halus lembut kain
Sebagai alas
Menemani malam hingga pagi
Yang datang dengan cerahnya
Saat jendela kamar
Telah terbuka
Semakin nyata di sana
Pukau indahnya langit....
Tanpa terlihat
Disertakan dengannya
Satu bagian
Terkecil miliknya
Ditinggalkan jauh
Itu semua ditempat
Aslinya berasal
Seluruh kulitnya
Halus mengeras dalam
Oleh usianya
Yang memadai
Membungkus rapat
Keuletan yang kuat
Merupakan inti
Daya pemikat mereka
Menjadikan pilihan
Ringan bukan alasan dibuat
Tapi penuh buktinya
...
Diambil olehnya
Satu bagian untuk dibawa
Menjadi sebuah episode
Olehnya pula
Ia dijauhlan sudah
Dari asal kerumunannya hidup
Bayangkan saja ....
Ia yang dibawa telah dibuat
Terbelah-belah seluruh tubuhnya
Terlentang dengan kenampakan
Jauh dari bentuknya yang asli
Akankankah...
Yang merebahkan
Beban tubuhnya diatasnya ...
Melihatnya .... ia tak akan bertanya
Padamu... yang mengerti
Rongga miliknya
Menyangga cerita hidup...
Telah jadi masa lalu
"Jangan marah, rebahkan amuk dan murkamu di tempat yang tepat ini "
Andai ia bisa menyimpankan seluruh yang kau rasakan, ia akan bicara. Namun dengannya... aku belajar untuk kembali sadar, bahwa malam memang memiliki gelap.
Diam tanpa bicara
Tanpa ada tanya
Tanpa menjawab
Tanpa cerita
Sedikit juga
Wajah datar
Tanpa ekspresi
Pandangan entah kemana
Keingintahuan masihkah tersisa
Mendekat lagi
Agar semakin jelas
Seandainya saja kaca itu
Tak menghalang matanya
Mudah mengerti
Semakin jelas lagi
Tanpa menunggu lama
Datangnya irama dengkur
keinginan yang pernah ada
di dalam sapaanmu
melintasi jalan kecil saat kita bersama
tak lain telah membuat baru
caraku merasakan keadaan
bikin enjoy juga bikin enak
pernah pada keadaan
juga persediaan
yang masih sulit
direka jadi enak
namun juga akhirnya
telah dapat membentuk
semakin jadi enak......
aaahhhhhh
apalagi
memang itu enak
bukan memelintir
kenyataan rasa yang ada
sudah enak adanya
jelas saja....
bikin enak tentunya
canda atau pilihan cara
Gingger tersembunyi
Begitu ia hidup dan tumbuh
Is tidak sekeras kayu
Layaknya umbi lain
Kira kira untuk membandingkan
Yang biasa di dalam tanah
Risau hati terobati
Usai menikmati pecampurannya
Dengan kuah manis lain
segar mengangatkan perut
Bubur dan nama lain sejenis
Apa pun mereka kasih nama
Asal bisa dikecap, dinikmati
Bikin kenyang dan mantab.
Ada istilah
Ada sebutan
Ada julukan juga
Dan semua itu menyebut
Ingin mengatakan sebuah nama
Pada engkau
Yang telah membuat
Enaknya rasa keseluruhan
Hingga seakan telah terperangkap
Pada utuh menyatunya
manis dan kekenyalan milikmu
Yang engkau sendiri
Tak pernah berpikir tentang itu
Menjadi sebuah sebutan sedemikaan
Lahap serumpun demi serumpun
Sambang menyambang dalam
Kerumun menganggukan nikmat cecapan
Dibawah terik tanpa peduli hingga malam tiba
Karena sudah berumur
Beliau dipilihkan
Menu yang empuk
Lembut juga lunak
Juga serat terbaik
Dibawa engkau ketempatnya
Agar lebih mengerti
Sangat sadar is telah berumur
Tak lagi perlu pula segala cara
Menamainya bagai mamalia pemanjat
Apa yang ia kisahkan
Samasekali tak mengatakan
Ia menyukai perang
Ia tidak pula hilang akal
Merindukan masa lalu
Kunyahan lembut pada apa
Yang disuguhkan
Tak lain rupa bagian1yang telah menghantar
Begitu panjang kenangannya....
ia katanya sempat
👫👪👨👯👭
ia katakan
dengan sedikit malu
apa adanya yang ada
apa yang sesungguhnya
ia pahami
sesekali ia menyela
menyeruput tehnya
lalu melanjutkan lagi
apa yang dituturkan itu
membuat banyak orang
jadi terhibur juga tertawa
berat jadi ringan
sela canda dan nyanyian
seperti mengalir begitu saja
jubal ayat bersahut lembut
dengan senandungnya
selayak
orang tampak tersirep
oleh penyihir lucu
tanpa mengerti bagaimana bisa
tanpa terasa panggung yang diberikan
baginya menguras tawa semua tanpa sisa....
Tidak menarik sore itu
Dibubuhkan sebuah nama
Yang mengarti pada kegagalan
Apalagi kegagalan total perburuan
Total ditempuh dengan mengendapkan
Langkah - langkah menyabarkan rasa
Agar ada yang terbidik sebagai menu
Tanpa menyadari langit yang setia
Menjadi saksi semua langkah kala itu
Telah berangsur-angsur menggelap
Gelayut awan -awan saling berhimpit menebal
Bersamaan pula dengan kedatangannya
Sayap - sayap itu semakin meramaikan
Pemandangan di atas ....
Memalingkan perhatian yang semula
Hanya di rimbun semak dan pepohonan
Lalu beralih pada keramain barisan langit ...
Apakah gerangan para pemilik cakar-cakar itu
Yang lalu lalang di atas itu...
Yang membuat semua buruan bersembunyi
Tak jelas maksud mereka ramai diatas sana
Punya mau selain hanya kelincahannya
Menjelajah luasnya langit dengan sesekali
Terdengar lengkingan tanda dan isyarat
Bagi kawanan atau mendorong mangsa
...
Gagal tidak sepenuhnya total
Ada hal besar bahkan lebih besar
Yang terkadang dapat ditemukan....
Siapa
Siapa yang bohong....?
Tersemat kalimat itu ingin bicara
Tentang sebuah keraguan
Juga terbersit ketidakpercayaan...
Mengapa??? Ada apa??
Dulu...
Saat engkau menyuapi puding itu..
Bukankah engkau yang berapi-api
Cerita kalau kita bisa menyatu
seperti mikrofon itu ...
"aku jadi kabel , kamu miknya
kamu mik, aku kabelnya.... tidak terpisahkan!"
"uuuhhh what a sweet...!" mengapa sekarang?
Apakah cintamu telah menjadi wireless?
Terjalinnya hubungan ini
memberi banyak arti dan kenangan
inginya ada harapan yang tetap
kita jaga bersama.... masih kan ??
ia diam di sana
berdiri di tempat itu
tertegun tanpa berucap
melihat tingginya pertanda
bilangan atau pertanda yang menjulang
sesekali rambut kepalanya disibak
kepalanya digaruk-garuk
biar itu bukan karena gatal
adalah kemasan pembungkus menghias
sewarna bawahan ketat yang dikenakan
senandungnya terkadang didengar
entah apa yang dinyanyikan
namun matanya tetap saja
selaksa enggan berkedip
kerut keningnya meracik eja
pada lingkar kata tebal tipis
yang dibuat agar memudah cara
biar semua hanya di duganya sendiri
hingga ia tersenyum mengangguk.. oh itu....
Tidak kusadari
Jika mengharapkan engkau
Yang pernah memberikan mimpi
Juga bunga-bunga harapan
Mendapat ujung yang berbeda
Kesempatan bisa datang
Bukan hanya sekali
Cari yang nggak laku
Siapa pula yang mau
Pilih yang murah
Seringkan kamu dibikin
Semakin bertambah gerah....
Gimana yang adem
Emang kamu orang bakalan betah
Kalo tempat itu bisa kasih makanan
Ini cukup lumayan jauhnya guys
Harus rela jalan lumayan panjang
Baru mulai kelihatan aslinya tempat
Belahan belahan bumi
Yang seperti masih selalu
Menyembunyikan sisi keindahan
Dengan bertabur macam kelezatan...
Melihat seperti rasa itu
Mencari bentuk yang kelihatan
Menggali bahkan yang tidak terjangkau tangan
Menemukan yang tidak mungkin terlihat lagi
Kelezatan itu berada sangat dekat
Tersimpan dan tidak bisa ditunjukkan
Di dalam sebuah bentuk yang terpisah-pisah
Berada untuk penghuni yang menyatu
Istimewa menjadi yang disebut sebuah santapan...
Buat pesta atau keseharian semau lidah menyentuh.......
Belum besar
Ia punya ukuran
Masih mudah untuk dipegang
Bisa ada dalam satu genggaman
Tanpa gerak atau menoleh
Dalam kecil ukuran ia
Tetap jadi perenang handal
Dangka dilibas hingga menyelam
Menuju tempat yang dalam
Tampak kecil ukuran badan
Namun utuh lenkapnya bungkus
Aman melindung dinginnya air
Sama rasa ia miliki
Dalam gurihnya terus dicari
Akan ada ia disini
Tidak sendiri dalam selimut
Jubal berhimpit di dalam daun
Ia bukan ikan yang besar
Yang menerima nama baru
Bersama teman-temannya dan juga bumbu
Tanpa ia harus menanti tubuhnya membesar.
Dalam usaha yang sangat cerdik
Ia lincah mengecilkankan bentuk
Kusuka caranya membentuk
Dengan sangat mudah dan cepat
Tahu nggak tujuannya?
Aku menggelengkan kepala saja
Sambil mbantunya menyusun
Ditempat lain yang disiapkan....
Lalu ia mengangkat yang besar
Kemudian ia bertanya lagi
"You nggak habis kan ukuran ini?"
"Ha ha ha, head nggak lah sebesar itu!"
Ia terus lincah memotong dan memotong sambil mengangguk - angguk mengiyakan ukuran yang ditunjukkan.
"Dengan lumuran bumbu sejumlah ini dan terbatas waktu kita memasak, maka tidak akan ia matang hingga meresap dan enaknya pasti beda , karena tidak sampai dalam"
Api panggangan itu memanggil-manggil
Baranya telah semakin tampak memerah
Tinggal menaiikkan ini semua sesaat lagi....
"Ada yang kurang!"
Ia mengajakku berlari keluar.
Tidak lebih dari seratus meter Kami sudah tiba do bawah pohon rindang.
"Itu dia "
Lalu aku memunguti buah-buah yang sudah terjatuh itu. Keranjang kecil yang dibawanya sudah terisi setengah lebih.
"Cukup" kita pulang.
Merasa penasaran aku bertanya kenapa tidak ambil yang masih berbentuk bagus yang berada di pohon.
"Ini buah asam, yang akan kita gunakan untuk bumbu masakan kita, juga nanti kita bisa buat minuman.yang ini sudah sangat baik dan lebih baik daripada yang masih di pohon itu."
Lalu kuikuti saja ia yang bergegas kembali me dapur. Sambil melangkahkan kaki mengikutinya terpikir olehku betapa luarbiasanya alam yang sudah memberi kemudahan, bahkan memilihkan yang terbaik. Hal yang baru aku sadari saat mulai belajar memasak dengannya.
Kekurangan yang dapat dilengkapi dengan melangkahkan kaki sedikit menambahkan bumbu yang ternyata walau cuma satu tambahan tetap memberi ilmu tambahan yang bermakna.
Yang enak bikin nambah
Bikin lagi sudah lumrah
Yang enak disukai
Yang tidak dijauhi
Bahkan dihindari
Terkadang juga dibuang
Itukan umum bukan formula
Rahasia resep dimana ada
Orang di sana suka memberi
Macam cara untuk siapa.....
Mengulang yang enak
Mencipta yang sedap
Menyantap yang lezat
Dan siapalah mendekat
Kecap bersama semua yang nikmat.
Jangan puma takut kehabisan
Bikin lagi kita bersama-sana.