Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About



Mengais sisa ingatan masa lalu
Setelah tertimbun bualan-bualan obrolan jelata
Rempong riuhnya pelacur nyinyir menawarkan diri
Sementara yang lain jika layak sebagai minuman
Telah nyaris habis diteguk para begundal beruang....
Sudah kubuang rasa malu singgah melewati berminggu-minggu
Yang bukan pula mereka dan aku harus merelakan berhimpit
Saat larut malam tanpa  perapian bersama semua menggigil
Kedinginan... haruskah ku katakan itu sebagai dingin... lagi...

Aku akan menghampirimu
Kelak pada waktunya....
Jauhkan keinganmu untuk berimajinasi
Akan tempat itu....
Ini akan menjadikan bayang kengerian di dalam
mimpi-mimpimu... jik aku paksakan
Apalagi mereka tengah bersiap dalam diamnya.....
Dilorong-lorong sempit...
Di sudut-sudut pembuangan sampah dan 
Kerumunan jelata mengais sisa makanan
Para gelandangan kotor berbadan bau berambut gimbal....
Semua dalam bergandeng tangan
Membisikkan bahasa mereka...
Sebuah cara yang mereka punya
Ketika ada yang sangat harus dijaga
Yang hanya mereka kenali....
Isyarat bagi kesiagaannya
Memagari ratu bagi bai mereka
junjungannya bagi banyak kalangan
yang akan melewati... tempat mereka
Gadis-gadis cantik tak kalah siaga...
Para penyamun menghentikan 
hari operasi tanpa sembarang dipilih...
Para penjahat tak kurang siasat
menautkan rangkai rapat eratnya ikat
dari jalan-jalan yang ramai dan sepi
dari yang utama hingga dan lorong-lorong 
terdekat bahkan yang sepi....
Karena hanya kepada ia...
yang pantas mendapat hormat
Tak akan boleh yang bisa lagi
memberinya nikmat dan aneke dambaannya
tanpa peduli disebut laknat jika
tidak turut ambil peran didalam setiap sekat
menyambut berlalunya ia yang akan melewati tempatnya....
karena ia yang sangat mengerti akan semua keadaan
dan bahkan setiap derita....,
.... ia tak pula hanya pantas dihormati
jika tak dianggap sebagai bagian diri....
ia mungkin seperti disembah 
dimana pun ia punya titah......
bagi semua yang mengerti tentangnya......
riuh suara tanpa kata-kata saling menutur dalam baur
agar mengutuh setiap pesan pun kepada teman
yang sedang terbujur mendengkur....

kecuali ....
kepolosan bocah
yang sangat kecil dipenuhi rasa
sangat ingin tahu
sepadan kalangan yang tanpa pernah melewati
batas menengah ke bawah deritanya para penghuni
barisan gedung-gedung kebanggaan kota yang dulu pernah
diperebutkan para penguasa ketika negeri seperti tak bertuan....
....aneka tanya tanpa terjawab...
oleh satu pun yang ada di sana....
seperti apa wajah wanita itu...?
hingga semua para  jelata, begundal dan semua begitu menanti
hingga semua merasa ia bagian dirinya.... masing-masing....

cerita yang luput telah terpungut
telah memilih siwajah keriput....
penghantar tidur anak-anak terlantar
diemper gedung-gedung tua tanpa latar
yang telah ditinggalkan para penghuninya....
kisah itu tak ada dihadapan kemampuan bayangan
kepolosan bocah-bacah  yang adalah penanti suapan
para pemilik tangan yang merelakan sabagian piringnya...
terlebih setelah tanpa tahu lagi nasip kedua orang tuanya....
hingga terselip pula harap bila saja wanita yang belum mampu
dibayangkan itu akan melewati tempatnya kelak.....
dipandang dalan kantuk arah jalan itu terus menjauh...
letaknya menuju semakin dalam...
semakin memasuki perairan yang sangat dalam.....







0 Comments: