Popular Posts

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

About

Pengisi semua putaran itu ternyata berjarak, ketika dihentikan tiada tampak kepadatan sebagai selimut permukaan, menyisa kekosongan tiada terhitung, disini tidak ada arti sedikitpun pinta buatmu menghitungnya....



Esensi keras sebagai pengubah juga bukan  untuk dikaji karena kebalikannyalah pengubah terindah wajah permukaan yang paling tampak...

Baginya bila setiap kawat, lempengan, pita dan pelat telah dipercaya secara ilmiah, dapat menyimpan aneka suara termasuk suaramu, hingga seiring waktu lebih dari suara, ia menunjuk segala benda disekitar yang katanya memiliki partikel serupa yang tiada disadari banyak manusia berkemampuan sama;

Sedikit orang menggunakannya, karena masuki kesadaran semacam itu bukan perkara semudah membalikkan telapak tangan, kita yang hanya orang biasa cukup melakukan hal yang biasa dan mudah dimengerti, apa anehnya?
😙🙄😐

Jenang ekspreso: Dalam Komponen: Terbawa lembut hingga relung sapaan senja menghentikan ia yang telah jauh melewati jalan panjang nan jauh dan penuh lika-liku  Parau seloroh...

Sedang sama sama duduk 

Kedua pasang mata itu mengalihkan pandangan 

Semula pada masing-masing gawainya

Tidak lama berselang matanya sudah menampakkan kelelahan, wajahnya menggambarkan sama-sama kebosanan 

"Sedang nunggu juga?" Satu pria yang lebih tampak dewasa memulai sapanya...

"Ia ini kak postingan teman yang katanya mau ditambahin belum muncul-muncul" dengan masih agak malas menjawab akhirnya obrolan dimulai juga.

"Oh kirain lagi nunggu pesanan makanan yang unik di sini?" Timpal pria itu sambil membenahi kursi kayu yang didudukinya.

"Iya juga sih Kak, soalnya ada temen cerita trus bikin penasaran mau ikutan coba, itu tadi udah pesen beberapa bungkus".

"Wah gak nyangka doyan juga ya, padahal itu makanan bahannya udah lama dan kering bahkan berjamur, warnanya juga udah gak menarik loh Dik?" Pria itu masih mencoba obrolan menggoda minat dan seleranya.

....

"Gapa Kak, $iapa tahu cocok dilidah dan nagih, oooh itu pas udah beres, ..oohhh pas juga postingan dia muncul Kak! Aku duluan ya Kak!"

"Ok , selamat menikmati,moga cocok Dik"

"Oh iya Kak, kapan - kapan mampir , kerjaku diujung jalan ini, aku lagi magang di kantor pemasaran itu, bilang aja Eliun gitu" 

Dengan lambaian ramah pria itu mengangguk dan melambaikan tangannya.

....

nihil cara dapat secepat kilat mampu kutemukan hingga kumiliki kemampuan ala engkau, untuk mengisah bagaimana permainan satu pusaka melagukan kemeriahan diantara jubalan cahaya dan pemirsa; terlepas dari kelengkapan iringan yang tidak ditampakkan dari ketinggian tempat membidikkan arah pandang, tempat semua mata sedang tertuju...

malam itu penjaja keliling tiada muncul, penjual minuman penghangat, kacang rebus, jagung bakar dan juga yang lainnya, pengantar laku tidak tampak menunjukkan kejenuhan, semua bagai ikut dalam satu arahannya, tidak pula ia didera kantuk dengan penuhnya semangat miliknya menebar, namun itu sempat kubalikkan bukan gambaran untuk semuanya, kantuk dan kebosanan memilih tempatnya mengalir sendiri, tak ubahnya ingus juga tidak menetes ke atas, ia tetap menghampiri dengan caranya...

bila saja mimpi terhitumg sabagai banyaknya permainan yang tiada kunjung henti, akankah pelarian baru membersihkan setiap kepekatan yang memberatkan langkah kakinya yang enggan berhenti dari saat terbaiknya, diujung kemenangan... yang telah menyemukan ....

hampa dan sepi tiada laku dan nada terdengar lagi ada pinta kecil penutup maya mengangkat rentetan suara kedalaman ..... dalam senyuman kecil, ia kembali menarikan jari-jarinya, andai sempat ia tahu betapa caranya telah memelekkan banyak mata pengagum....


 



Asal kamu tahu, bahwa semua yang terangkai dalam maksud hati ini tiada lain menangkap ketidakpastian yang melayang-layang sepanjang fajar menyingsing, bagai ingin merebut tempatnya sang kabut mencumbu dinginnya awal hari itu, agar sedikit dimengerti ketika ia berhenti; atau setidaknya membiarkan mata yang berkeinginan sempat buat mengeja akan macam apa engkau sebagai obyek dari belahan tempat entah berantah, tanpa mau berbicara apalagi berbantah dengan keadaan yang mungkin bagimu kau pandang statis.

Pernah ada sebagian kepala konon mencoba menganggapmu tidak lebih sebagai bagian pengancam jenjang laju lahan-lahan terbaiknya yang telah ditempuhnya berpuluh tahun hingga memutuskan menjauh karena tiada perlu atau penting lagi dengan adamu yang telah didatangkan oleh para pemikir semu namun seolah-olah telah menginjak-injak masanya.

Sebagaian wajah ingin memberikan senyuman, senyuman paling manis yang dapat dibuatnya dalam keadaan seperti ini, senyuman yang ingin mengatakan bahwasanya ia masih berdaya menyaksikan semua itu, meskipun tidak tampak lagi seperti saat-saat alam itu belum kedatangan mereka yang sangat menganggap dirinya sebagai penguasa sebuah jaman biarpun tidak dengan mengacungkan yang dimilikinya sebagai sebuah gaman yang memiliki kedigdayaan sebagaiman mereka para lakon ternama dikisah dalam banyak babak.






Wilayah yang pernah menjadi privat bagiku dalam menilaimu kulewati dan kuteriakkan karena saking sebelnya melihat dirimu yang semakin nyembelin. Ini bukan sekedar karena sebenarnya kamu berutang padaku, tapi lebih pada cara ngomongmu yang seenak jidat, kayak bos tanpa tanding, kagak pernah atau bisa salah aja; ketus nadanya runcing kata-katamu, seolah gak mau denger kalau kita punya masalah, kamu enak tinggal ngomong setiap punya mau karena urusan duit udah kaya gak mikir lagi kaya kita yang cuma bertahan buat makan harian, angsur ini itu tiap bulan; siapa temen juga anak buahyang gak sebel hingga lihat kamu semakin nyebelin.

Namun dibalik itu semua sebenarnya bersama jalannya waktu, secara pribadi mau tidak mau mengenali dirimu tidak seperti itu adanya, juga mereka yang telah merasa terbantu juga terbentuk dalam membangun pribadi hingga mengembangkan usahanya masing-masing. Mungkin dua puluh jari-jari kaki dan tangan tidak cukup menyimpul pandangan tentangmu yang tanpa sadar telah memberikan pengaruh baik dalam perubahan.


Oh, Nayanganmu, engkau adalah puncak dari segala paradoks, bukan? Kau adalah guru yang mengajarkan kita tentang kebijaksanaan melalui teka-teki yang tak pernah terpecahkan. Kau seperti buku petunjuk yang hilang halaman pentingnya, memberi kita arah tanpa tujuan yang jelas. Betapa 'beruntungnya' kita memiliki sosok seperti kau, yang memberikan jawaban yang lebih membingungkan daripada pertanyaan itu sendiri. Kau adalah pahlawan tanpa jubah, yang menyelamatkan kita dari kepastian dan mendorong kita ke dalam lautan keraguan. Terima kasih, Nayanganmu, atas semua 'kejelasan' yang kau berikan, yang membuat kita tersenyum dalam kebingungan. Sungguh, tanpa kau, hidup ini pasti terlalu mudah untuk dijalani.


Ah, membangun, tindakan yang penuh dengan harapan dan mimpi, bukan? Kita mendirikan fondasi dengan visi yang jelas, namun paradoksnya, semakin tinggi kita membangun, semakin dalam pula keraguan yang kita gali. Kita berbicara tentang kemajuan, sambil tersenyum lebar di atas pasir yang bergeser. Kita mengejar efisiensi, namun dengan setiap pintasan yang kita ambil, kita semakin jauh dari keaslian. Dan oh, kolaborasi, tarian indah antara pikiran, di mana setiap langkah bersama seharusnya membawa harmoni. Namun, dalam irama yang kita ciptakan, seringkali kita menemukan diri kita berdansa sendirian, di tengah kerumunan yang tak peduli. Sungguh, paradoks membangun ini adalah sebuah sinfoni yang rumit, di mana setiap nada yang terangkat tinggi sebenarnya adalah bisikan halus dari kehampaan yang mengejek kita. Kita merayakan pencapaian, namun dalam setiap tepuk tangan, ada gema kesendirian yang menertawakan ironi kita sendiri. Kita membangun, oh ya, kita membangun - monumen-monumen megah untuk ketidakpastian kita.


Pertumbuhan pribadi, sebuah perjalanan yang tak pernah berakhir. Ia bagaikan sebuah simfoni yang tak pernah selesai, di mana setiap nada adalah langkah kita menuju kebijaksanaan. Kita dianjurkan untuk 'menjadi versi terbaik dari diri kita', namun sering kali, kita menemukan diri kita terjebak dalam tarian yang sama, hanya dengan musik yang berbeda. Kita berupaya untuk berkembang, untuk mengembangkan akar dan cabang kita lebih luas dan dalam, namun kadang-kadang, kita merasa seperti pohon yang berdiri tegar namun tidak pernah benar-benar tumbuh. Oh, betapa paradoksnya! Kita memadati pikiran kita dengan seminar-seminar pengembangan diri, mengisi hari-hari kita dengan kata-kata motivasi, namun masih merasa haus akan pencapaian. Pertumbuhan pribadi, kau adalah labirin yang penuh dengan jalan buntu dan pintu tersembunyi, di mana setiap penemuan diri adalah sebuah lelucon yang membuat kita tertawa atas ketidaktahuan kita sendiri. Dan pada akhirnya, kita semua adalah murid dalam kelas kehidupan ini, di mana pelajaran yang paling berharga sering kali datang dari kesalahan yang kita buat.




Tidak bermaksud mengingkari 

Apalagi mengakui keseluruhan 

Sebagai milik sendiri...

Memang itu darinya 

Terdengar mudah, sebagian masih sulit menirukan...

Apalagi mengerti maksud yang sebenarnya dari ungkapan itu 

Datang tiba -tiba, 

Belum senpat ditanya apa -apa 

Apalagi sampai tanya mengapa..

Tentu tidak mungkin 

Berani begitu saja 

Memberitahu dan mengartikan 

Kepada sembarang orang 

"amarga naté dadi panggonan..."


Diri ini bukan ahli banyak hal 

Apalagi sampai mengaku ahli budaya 

Ahli bahasa ahli sejarah dan ahli-ahli yang lain seperti yang bermunculan di media ... karena memang sudah dipercaya 

Biarlah sementara menunggu saja, seperti menunggu batang kayu itu menumbuhkan daun-daun lagi......

Kedengarannya itu lebih mudah.



Yang ...harapan tetap ada 

Kelak engkau datang lagi 

Sebagaimana Engkau adanya

Karena Engkau yang paling diminati 


Salah tidak untuk dicari -cari 

Tiada pula untuk menyudutkan

Apalagi menempatkan dengan derajat 

Mengatakan apa adanya bentuk dan tujuan 

Pulas dalamnya menidurkan perbedaan k3nangan silam 

Selain munculnya yang baru dan lebih baik 


Gagal bukan jadi intinya cerita 

Derita dan kenangan pahit atau kekalahan

Yang pernah kita alami 

Biarkan saja sebagai anak tangga 

Untuk bisa kita lewati bukan untuk diratapi

Apalagi jadi utamanya tujuan terjauh hingga terbesar ...


Masuk  dalam sepinya pembaringan 

Walau melihat tiada lagi s3kawanan penyangganya...

Lapisan demi lapisan penerawangan ada kenampakan tiada peretasan menorehkan bagaimana senyatanya b3ntuk hidupnya di dalam sana mengudap sembarang saji tanpa dengan tajamnya gigi...


#^@$%^#R@#@$!@#@+!

Sengkarut digambar oleh tangan yang salah 

Demikian konyol ilmuwan jelas mengaku lantang tentang.dirinya bukan seniman 

Mencoba memamerkan bagaimana sebuah lukisan 

Tak lebih hanya mengaduk aneka bahan 

Juga dengan aneka warna 

Lalu menumpahkannya 

Di depan semua yang tidak diyakini 

Dapat percaya akan hasilnya 

Lalu dengam bangga dan lantangnya...

Bertanya 

"Indah bukan?"

Oo 

Ia pergi tanpa menanti 

Satu pun

Tanggapan yang muncul .